Riset

Materi Riset kelas X dan XII IPS

Modernisasi

Modernisasi materi kelas XII

Blog Guru Sosiologi

Blog Guru Sosiologi Guru Inovatif

Selasa, 14 Oktober 2025

Penelitian Sosial: Pengertian, Manfaat, Fungsi, Jenis & Contoh | Sosiologi Kelas 10

 

Pengertian Penelitian Sosial Menurut Para Ahli

Kita akan membahas tentang pengertian penelitian sosial. Penelitian sosial adalah suatu proses ilmiah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kehidupan sosial.

Penelitian sosial biasanya dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis dan terstruktur. Metode sistematis dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang reliabel dan valid.

Dibawah ini adalah beberapa definisi dari penelitian sosial menurut para ahli:

 

1. Sarjono Soekanto

Penelitian sosial adalah suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan data dan informasi tentang permasalahan sosial. Hal ini bertujuan untuk memahami permasalahan secara mendalam.

 

2. Bungin

Penelitian sosial adalah suatu proses yang sistematis untuk mengumpulkan informasi dan data tentang suatu fenomena sosial menggunakan metode ilmiah.

 

3. Nasution

Penelitian sosial adalah proses menemukan pengetahuan baru tentang fenomena sosial dengan metode ilmiah.


Karakteristik Penelitian Sosial

Guys, ada banyak karakteristik yang menyusun sebuah penelitian sosial. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

  • Sistematis: Penelitian sosial ini dilakukan dengan cara yang terencana dan terstruktur. 
  • Objektif: Data dan informasi yang dikumpulkan haruslah objektif dan tidak bias.
  • Empiris: Data dan informasi yang dikumpulkan haruslah berdasarkan fakta dan realitas yang sebenarnya terjadi di dalam masyarakat.
  • Verifikasi: Hasil penelitian harus dapat diverifikasi dan diuji ulang oleh orang lain.

 

Ciri-Ciri Penelitian Sosial

Penelitian sosial memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari jenis penelitian lainnya. Beberapa poinnya mirip seperti karakteristik guys. Yuk simak aja beberapa ciri-ciri penelitian sosial:

 

1. Sistematis

Penelitian sosial harus dilakukan dengan cara yang terstruktur dan terencana. Sistematis berarti peneliti membuat rancangan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian yang jelas dan terarah, dimulai dari perumusan masalah hingga penarikan kesimpulan.

 

2. Objektif

Penelitian sosial haruslah memuat data, dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian sosial haruslah objektif dan tidak bias. Hal ini berarti bahwa data dan informasi yang dikumpulkan harus sesuai dengan kenyataan dan tidak dipengaruhi oleh pendapat atau kepentingan pribadi peneliti. Peneliti menggunakan instrumen penelitian yang valid dan reliabel untuk mengumpulkan data yang objektif.

 

3. Empiris

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian sosial haruslah berdasarkan fakta dan realitas. Hal ini berarti bahwa data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat diverifikasi dan diuji ulang oleh orang lain. Peneliti haruslah melakukan observasi dan pengukuran secara langsung untuk mendapatkan data yang empiris.

 

4. Verifikasi

Hasil penelitian sosial harus dapat diverifikasi dan diuji ulang oleh orang lain. Hal ini berarti bahwa penelitian sosial harus dapat diulangi dengan menggunakan metode yang sama dan menghasilkan hasil yang sama. Peneliti haruslah menggunakan metode statistik untuk menganalisis data dan memastikan hasil penelitiannya dapat diverifikasi.

 

5. Teoritis

Penelitian sosial harus didasarkan pada teori atau kerangka pemikiran yang jelas. Hal ini berarti bahwa penelitian sosial harus memiliki tujuan yang jelas dan ingin menjawab pertanyaan penelitian yang spesifik. Peneliti harus menggunakan teori yang relevan untuk menjelaskan hasil penelitiannya.

 

6. Etis

Penelitian sosial harus dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Hal ini berarti bahwa penelitian sosial harus dilakukan dengan menghormati hak-hak dan privasi responden. Peneliti haruslah meminta persetujuan terlebih dahulu kepada responden sebelum melakukan penelitian dan menjaga kerahasiaan data responden.

 

7. Bermanfaat

Hasil penelitian sosial diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian sosial dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah atau meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

 

Syarat Penelitian Sosial

Penelitian sosial merupakan suatu proses yang sistematis dan ilmiah untuk mendapatkan data dan informasi tentang suatu fenomena sosial. Agar penelitian sosial dapat dikatakan valid dan reliabel, maka perlu memenuhi beberapa syarat, yaitu:

 

1. Memiliki Rumusan Masalah yang Jelas

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang ingin dijawab oleh penelitian. Rumusan masalah yang jelas akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan penelitian, metode penelitian, dan alat pengumpulan data.

 

2. Memiliki Tujuan Penelitian yang Jelas

Tujuan penelitian merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh penelitian. Tujuan penelitian haruslah spesifik, terukur, dan achievable.

 

3. Memiliki Manfaat Penelitian yang Jelas

Manfaat penelitian merupakan pernyataan tentang bagaimana hasil penelitian dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Manfaat penelitian haruslah jelas dan realistis.

Baca Juga: Merumuskan Pertanyaan dalam Penelitian Sosial

 

4. Memiliki Tinjauan Pustaka yang Memadai

Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang berbagai teori dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik penelitian. Tinjauan pustaka akan membantu peneliti dalam memahami konteks penelitian dan mengembangkan kerangka pemikiran.

 

5. Memiliki Metodologi Penelitian yang Tepat

Metodologi penelitian merupakan uraian tentang bagaimana penelitian akan dilakukan. Metodologi penelitian haruslah jelas, sistematis, dan ilmiah.

 

6. Memiliki Alat Pengumpulan Data yang Valid dan Reliabel

Alat pengumpulan data adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Alat pengumpulan data haruslah valid dan reliabel, sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya.

 

7. Memiliki Teknik Analisis Data yang Tepat

Teknik analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan. Teknik analisis data haruslah sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.

 

8. Memiliki Kesimpulan dan Saran yang Jelas

Kesimpulan merupakan pernyataan tentang hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah. Saran merupakan rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.

 

9. Memiliki Etika Penelitian

Penelitian sosial harus dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Etika penelitian adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

 

10. Memiliki Sistematika Penulisan yang Baik

Laporan penelitian harus ditulis dengan sistematika yang baik, sehingga mudah dipahami oleh pembaca.


Senin, 22 September 2025

PREDIKSI SOAL TKA SOSIOLOGI

 PREDIKSI SOAL TKA MAPEL SOSIOLOGI  

 KLIK LINK BERIKUT:    https://drive.google.com/file/d/1eL7FIY6MaqgfmrC7H5m1n5vQm1e183_5/view?usp=sharin

Jawablah di kolom komentar


Kamis, 16 Januari 2025

KONFLIK SOSIAL

 

DEFINISI KONFLIK SOSIAL 



Konflik sosial yang terjadi di masyarakat sangat beragam, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Konflik berasal dari Bahasa Latin, yaitu configure yang artinya saling memukul. Beberapa pendapat ahli tentang definisi konflik sosial antara lain:

a. Soerjono Soekanto
Konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai ancaman dan/atau kekerasan.

b. Robert M.Z. Lawang
Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan di mana tujuan mereka tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.

c. Berstein
Konflik adalah suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif saat melakukan interaksi dengan orang lain.

d. Ensiklopedia Nasional Indonesia
Menguraikan bahwa konflik muncul karena adamya benturan antara dua unsur dalam masyarakat yang mengharuskan salah satunya berakhir. 
 
Dalam konflik sosial terdapat beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para tokoh. Pandangan tersebut berusaha mengidentifikasi konflik sosial. Beberapa pandangan mengenai konflik sosial yang dikutip dari Haryanto (2011) dapat kalian baca pada penjelasan selanjutnya.

a. Robbin
Robbin memandang konflik menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut antara lain:

1) Pandangan Tradisional
Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik merupakan hal yang buruk, bersifat negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini merupakan hasil disfungsional akibat komunikasi yang kurang baik dan kurang keterbukaan antara individu dalam masyarakat.

2) Pandangan Hubungan Manusia
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi dalam kelompok atau organisasi di masyarakat. Dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik. Oleh karena itu konflik harus dijadikan motivasi untuk melakukan perubahan dalam suatu kelompok atau organisasi.

3) Pandangan Interaksionis
Pandangan ini cenderung mendorong munculnya konflik dalam kelompok atau organisasi. Menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan untuk menumbuhkan sikap kritis, kreatif, dan semangat dalam sebuah kelompok atau organisasi. 
 
b. Stoner dan Freeman
Stoner dan Freeman memberikan dua pandangan mengenai konflik sosial yaitu:

1) Pandangan Tradisional
Pandangan ini menganggap bahwa konflik dapat dihindari dengan cara meminimalisasikan munculnya konflik dalam sebuah kelompok atau organisasi. 

2) Pandangan Modern
Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik tidak dapat dihindari. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti strustur organisasi, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi, nilai-nilai, dan sebagainya. 
 
c. Myers
Menurut Myers pandangan terhadap konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu: 

1) Pandangan Tradisional
Pandangan ini menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Dalam pandangan ini menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. 

2) Pandangan Kontemporer
Pandangan ini menganggap konflik merupakan suatu yang tidak dapat dihindari sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia.




FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK SOSIAL

Penyebab terjadinya konflik sosial dalam masyarakat dilatarbelakangi beberapa faktor, diantaranya:  
a. Adanya perbedaan antari ndividu 
b. Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda-beda. 
c. Adanya perbedaan kepentingan antara individu dengan kelompok. 


TEORI-TEORI KONFLIK SOSIAL

Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser 
Menurut Coser, konflik yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya kelompok lapisan bawah yang semakin mempertanyakan legitimasi dari keberadaan distribusi sumber-sumber langka (Ranjabar, 2013). Coser menilai bahwa konflik tidak selalu bersifat negatif, namun konflik dapat mempererat dan menjalin kerukunan dalam suatu kelompok. Suatu kelompok dapat berlangsung lama atau cepat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dikutip dari Ranjabar (2013), ada tiga faktor yang mempengaruhi lama tidaknya suatu konflik di masyarakat, yaitu:
a. Luas sempitnya tujuan konflik 
b. Adanya pengetahuan maupun kekalahan dalam konflik 
c. Adanya peranan pemimpin dalam memahami biaya konflik dan persuasi pengikutnya. 
 
Konflik dapat menjaga hubungan antarkelompok dan memperkuat kembali identitas kelompok. Adapun manfaat konflik menurut Coser adalah:
a. Konflik dapat menjadi media untuk berkomunikasi. 
b. Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok. 
c. Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas di dalam kelompok tersebut dan solidaritas tersebut dapat mengantarkan kepada aliansi dengan kelompok lain. 
d. Konflik menyebabkan anggota masyarakat yang terisolasi menjadi berperan aktif.

Coser mengelompokkan konflik sosial menjadi dua macam, yaitu konflik realistis dan konflik non-realistis.

a. Konflik Realistis
Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), konflik realistis ialah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan sosial. Contoh konflik realistis, misalnya para karyawan yang melakukan pemogokan kerja melawan manajemen perusahaan sebagai aksi menuntut kenaikan gaji.

b. Konflik Non-Realistik
Konflik non-realistis merupakan konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan (Haryanta, 2012). Sebagai contoh konflik non-realistis ialah pada masyarakat buta huruf ada ilmu gaib yang digunakan untuk melakukan pembalasan. 
 
Teori Konflik Menurut Karl Marx
Karl Marx memiliki pandangan tentang konflik sosial sebagai pertentangan kelas. Masyarakat yang berada dalam konflik dikuasai oleh kelompok dominan. Adanya pihak yang lebih dominan muncul pihak yang berkuasa dengan pihak yang dikuasai. Kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda atau bertentangan sehingga dapat menimbulkan konflik.

Fakta-fakta menurut pandangan teori Karl Marx (Ranjabar, 2013) antara lain: 
a. Adanya struktur kelas dalam masyarakat 
b. Adanya kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-orang yang berada dalam kelas yang berbeda. 
c. Adanya pengaruh yang besar dilihat dari kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang. 
d. Adanya berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial.

Karl Marx dikutip dari Haryanto (2011), menguraikan tentang adanya kelas objektif. Kelas ini dapat dibagi atas kepentingan manifes dan kepentingan laten. Oleh karena itu, setiap sistem sosial harus dikoordinasi dan mengandung kepentingan laten yang sama. Kelompok tersebut biasa dikenal dengan istilah kelompok semu. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kelompok semu adalah kelompok yang terdiri atas orang-orang yang sifatnya sementara, tanpa struktur, ikatan, kesadaran, dan aturan. Kelompok semu ini terdiri atas kelompok yang menguasai dan kelompok yang dikuasai. 
 
Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf
Bagaimana pendapat Dahrendorf mengenai konflik sosial? Pada awalnya, Dahrendorf melihat teori konflik sebagai teori parsial yang digunakan untuk menganalisis fenomena sosial. Dahrendorf melihat masyarakat memiliki dua sisi yang berbeda, yaitu konflik dan kerja sama. Berdasarkan pemikiran tersebut, Dahrendorf menyempurnakan dan menganalisis dengan fungsionalisme struktural, agar mendapat teori konflik yang lebih baik.

Dehrendorf menggunakan teori perjuangan kelas Marxian untuk membangun teori kelas dan pertentangan kelas dalam masyarakat industri kontemporer. Perjuangan kelas dalam masyarakat moderen berada pada pengendalian kekuasaan. Dehrendorf mengkomunikasikan pemikiran fungsional mengenai struktur dan fungsi masyarakat dengan teori konflik antarkelas sosial. Dehrendorf tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang statis, namun dapat berubah oleh adanya konflik di masyarakat.