Riset

Materi Riset kelas X dan XII IPS

Modernisasi

Modernisasi materi kelas XII

Blog Guru Sosiologi

Blog Guru Sosiologi Guru Inovatif

Kamis, 09 November 2023

METODE PENGUMPULAN DATA

 Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data terkait permasalahan penelitian yang diambilnya. Prosedur ini sangat penting agar data yang didapatkan dalam penelitian berupa data yang valid, sehingga menghasilkan kesimpulan yang juga valid.

Sebelum pengumpulkan data, biasanya seorang peneliti memiliki dugaan kesimpulan sementara. Dugaan sementara itu disebut dengan hipotesis.

Hipotesis inilah yang ingin dibuktikan oleh peneliti secara empiris dalam penelitiannya. Maka dari itu, untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis ini peneliti perlu mengumpulkan data dengan cara yang tepat.

Data yang diambil dan teknik pengambilan datanya tidak sembarangan, tetapi ada prosedurnya tersendiri.

Pengumpulan data sendiri biasanya ditentukan oleh variabel-variabel penelitian. Setelah data terkumpul, selanjut diadakan pengolahan data, jadi data tidak akan memiliki arti apabila tidak dilakukan pengolahan data.

Berbicara mengenai data, ada banyak sekali contoh-contoh data dalam penelitian, seperti angka, huruf, gambar, simbol, suara, situasi, bahasa, dan lainnya.

Data-data tersebut akan digunakan apabila masih berkaitan dengan kejadian, konsep, atau objek yang akan diteliti. Data sendiri dibedakan menjaga beberapa bagian.

Berikut jenis data yang perlu Anda ketahui sebelum melakukan penelitian.

1. Menurut cara memperolehnya

Apabila dilihat dari cara memperolehnya, data dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Adalah data yang didapatkan oleh peneliti secara langsung dari subjek atau objek penelitian, misalkan berupa rekaman hasil wawancara.

b. Data sekunder

Adalah data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti, data di sini bisa berupa dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki oleh lembaga atau seseorang yang menjadi subjek penelitian.

2. Data menurut sumbernya

Apabila dilihat dari sumbernya data dibedakan menjadi 2, yaitu data internal dan data eksternal.

a. Data internal

Adalah data yang menggambarkan kegiatan atau keadaan yang terjadi di dalam suatu lembaga atau instansi tempat penelitian.

b. Data eksternal

Adalah data yang menggambarkan kegiatan atau keadaan yang terjadi di luar suatu lembaga atau instansi tempat penelitian.

3. Menurut sifatnya

Apabila dilihat dari sifatnya data dibedakan menjadi 2, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif

Adalah data yang didapatkan dalam penelitian yang bukan berbentuk angka.

b. Data kuantitatif

Adalah data yang didapatkan dalam penelitian yang berbentuk angka-angka.

4. Menurut waktu pengumpulan data

Apabila dilihat dari waktu pengumpulannya data dibagi menjadi 2, yaitu time series dan cross section.

a. Time series/data berkala

Adalah data yang menggambarkan suatu perkembangan suatu peristiwa atau kegiatan, dan didapatkan dengan cara mengumpulkannya dari waktu ke waktu.

b. Cross section/insidentil

Adalah data yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa yang dikumpulkan pada suatu waktu saja.

Pada pembahasan selanjutnya kami akan membahas mengenai metode pengumpulan data. Jadi Anda harus menyimaknya sampai selesai apabila ingin mengetahui metode apa saja yang harus dilakukan dalam penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data
researchgate.net

Terutama untuk mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya, harus tahu metode pengumpulan data. Untuk mahasiswa sendiri biasanya metode penelitian ini menjadi mata kuliah wajib.

Ini bertujuan agar mahasiswa tidak kebingungan lagi ketika ingin mengerjakan tugas akhir mereka. Pembahasan metode penelitian yang diajarkan di kelas biasanya sudah sangat lengkap, tidak hanya teknik pengumpulan data saja.

Apabila Anda lupa teknik pengumpulan data itu seperti apa, dan ingin mengingatkan apa yang sudah dipelajari sebelumnya, kami akan mengingatkan sedikit kepada Anda.

Teknik pengumpulan data adalah cara atau prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan tujuan tertentu. Anda harus tahu ada perbedaan teknik pengumpulan data kualitatif dan data kuantitatif.

Meskipun ada yang sama, tetap ada perbedaan dalam pelaksanaannya. Jadi Anda tidak bisa sembarangan menggunakan teknik pengambilan data secara sembarangan.

Jika Anda menempatkan teknik pengambilan data tidak pada tempatnya, ketika analisis data dan penarikan kesimpulan kemungkinan Anda akan mengalami kesulitan. Hasil yang di dapat pun kemungkinan juga kurang valid.

Ada beberapa cara pengumpulan data yang bisa digunakan oleh peneliti agar didapatkan informasi yang valid. Anda mungkin sudah tidak asing dengan cara yang akan kami paparkan ini, tetapi memang inilah cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan informasi valid terkait suatu permasalahan atau peristiwa.

Berikut beberapa teknik pengumpulan data yang biasanya digunakan untuk penelitian.

1. Teknik pengumpulan data wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada subjek penelitian.

Dulu wawancara biasanya dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan subjek, tetapi seiring perkembangan teknologi, wawancara tidak hanya dilakukan dengan tatap muka saja, tetapi juga bisa dilakukan melalui media komunikasi, seperti telepon, email, skype, dan masih banyak lagi.

Sebelum melakukan wawancara biasanya seorang peneliti akan membuat draf pertanyaan terlebih dahulu. Draf pertanyaan yang dibuat juga tidak bisa sembarangan, harus sesuai dengan topik penelitian yang dituju.

Salam penelitian draf pertanyaan tersebut juga harus divalidasi ahli. Layak atau tidaknya pertanyaan yang akan diajukan tergantung dari pendapat ahli tersebut.

Biasanya ahli akan memberikan masukan-masukkan pertanyaan-pertanyaan agar didapatkan hasil maksimal. Wawancara dikategorikan menjadi 2, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Pembahasan lebih lanjut akan kami uraikan dalam pembahasan berikut ini!

a. Wawancara terstruktur

Yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang jelas. Jadi sebelum mengadakan wawancara peneliti akan membuat draf pertanyaan serinci mungkin untuk ditanyakan kepada subjek wawancara.

Informasi apa yang dibutuhkan, sudah ditulis lengkap dalam draf pertanyaan yang dibuat. Jadi peneliti tidak akan kebingungan mencari pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek penelitian.

Wawancara dengan jenis seperti ini akan memudahkan proses wawancara, terutama jika peneliti belum begitu ahli dalam melakukan penelitian, disarankan untuk menggunakan teknik wawancara terstruktur, agar data yang didapatkan lengkap. Sehingga akan memudahkan peneliti ketika melakukan analisis data.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara ini bisa dikatakan wawancara bebas, artinya peneliti tidak terikat dengan ketat pada draf pertanyaan yang dibuat sebelum wawancara. Meskipun tidak ada draf pertanyaan terperinci seperti pada teknik wawancara terstruktur, tetapi peneliti tetap harus membuat pedoman wawancara.

Pedoman wawancara tersebut hanya berisi poin-poin yang akan ditanyakan nantinya ketika wawancara. Ini bertujuan agar wawancara yang dilakukan tidak melebar dari pokok bahasan. Untuk pertanyaan lebih lanjutnya bisa dikembangkan oleh peneliti sendiri ketika wawancara.

Ketika wawancara ada hal menarik yang peneliti dapatkan, bisa dikonfirmasi lebih lanjut ke subjek wawancara. Asalkan jangan terlalu jauh meninggalkan topik penelitian yang Anda bahas.

2. Teknik pengumpulan data observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian. Data hasil observasi bukan hanya dilihat dari sikap subjek penelitian saja, tetapi ada banyak faktor yang harus diperhatikan.

Bisa dikatakan observasi ini merupakan teknik penelitian yang sangat kompleks, karena tidak hanya terpaku pada satu fenomena saja.

Teknik observasi lebih cocok apabila digunakan untuk penelitian terkait gejala-gejala alam, perilaku manusia, dan lainnya. Teknik ini juga sangat cocok untuk mencari data-data yang subjek penelitiannya tidak terlalu besar, jadi subjek penelitiannya spesifik.

Teknik observasi dalam pengumpulan data sendiri dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu participan observation dan non participan observation. Penjelasan lebih lanjutnya akan kami paparkan dalam pembahasan berikut ini.

a. Participan observation

Merupakan teknik pengumpulan data yang penelitinya terlibat langsung dengan kehidupan subjek penelitian. Peneliti ikut dan merasakan langsung situasi dan keadaan dari subjek penelitian, tidak hanya mengamati dari jauh saja. Teknik penelitian seperti ini sangat cocok digunakan untuk penelitian terkait hubungan sosial antar suatu masyarakat.

Banyak sekali peneliti yang menggunakan teknik ini agar didapatkan data yang lebih valid. Jika hanya mengamati dari jauh tanpa mau merasakan kehidupan yang dialami subjek, bisa saja seorang peneliti salah mengartikan apa yang dilihatnya, terkadang apa yang dilihat memang tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya.

b. Non participan observation

Jika participan observation penelitian terlibat langsung dengan kegiatan atau proses yang dialami oleh subjek penelitian, maka tidak dengan non participan observation.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan peneliti mengamati subjek yang ditelitinya, tetapi ia tidak ikut dalam kegiatan atau proses dari apa yang ditelitinya.

Kedua teknik observasi ini sama baiknya, baik participan observation maupun non participan observation asalkan di tempatkan tepat pada tempatnya. Jadi ada yang peneliti harus ikut terlibat langsung dengan proses yang ditelitinya dan ada juga yang bisa diamati tanpa harus terlibat langsung.

Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk antara satu dengan lainnya, semua sama baiknya dan data yang akan didapatkan nantinya juga bisa dipertanggungjawabkan.

3. Teknik pengumpulan data angket (kuesioner)

Anda tentu sudah sangat familiar dengan kata angket atau kuesioner. Di kampus atau Perguruan Tinggi (PT), setiap awal semester, tepatnya sebelum mengisi rencana studi untuk semester tersebut, mahasiswa diharuskan untuk mengisi kuesioner.

Biasanya kuesioner yang di isi oleh mahasiswa di kampus mengenai pelayanan kampus, fasilitas, hingga kualitas dosen.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian terkait topik yang diteliti.

Teknik ini akan sangat efektif apabila peneliti mengetahui benar variabel yang ingin diukur dan keinginan yang diharapkan oleh responden atau subjek penelitian.

Jika observasi lebih efektif apabila digunakan jika subjek penelitiannya tidak terlalu besar, maka tidak demikian dengan teknik pengumpulan data angket atau kuesioner.

Kuesioner bisa digunakan untuk mengumpulkan data dari responden atau subjek penelitian yang jumlahnya sangat banyak sekalipun. Bahkan juga bisa digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang tersebar di banyak wilayah.

Apabila dilihat dari bentuk pertanyaannya, kuesioner dibedakan menjadi 2, yaitu kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertutup yaitu pertanyaan tertulis yang sudah disertai dengan pilihan jawaban untuk respondennya. Jadi ketika menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner tersebut, responden harus memilih jawaban yang sudah disediakan.

Sedangkan kuesioner terbuka yaitu pertanyaan tertulis yang jawabannya diisi sendiri oleh subjek penelitian. Jadi peneliti hanya menyediakan pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya jawabannya subjek penelitian sendiri yang menentukan (seperti pertanyaan uraian).

Namun jangan salah, seiring perkembangan zaman, saat ini kuesioner sudah tampil dalam bentuk yang lebih progresif, yaitu pertanyaan tertulis untuk responden disertai dengan pilihan jawaban dan kolom untuk mengisi jawaban sesuai dengan keinginan responden. Jadi kombinasi antara kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

4. Teknik pengumpulan data studi pustaka

Pengumpulan data selanjutnya yaitu dengan melakukan studi pustaka. Studi beberapa pustaka ini dilakukan untuk melakukan analisis terhadap topik permasalahan yang ingin diteliti.

Pengumpulan data seperti ini sangat cocok untuk jenis penelitian studi pustaka. Jadi data dalam penelitian studi pustaka tersebut diambil dari dokumen, arsip, atau buku-buku.

Tetapi bukan berarti jenis penelitian yang bukan studi pustaka tidak memerlukan pustaka. Tetap perlu, tetapi kadarnya tidak sedetail penelitian studi pustaka.

Tanpa studi pustaka, Anda tidak mungkin bisa menganalisis sebuah data dengan benar. Semua pasti perlu patokan, jadi analisis dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk membaca data dan fenomena yang akan diteliti.

Studi pustaka sendiri terbagi menjadi 2 kategori, yaitu dokumen primer dan dokumen sekunder. Penjelasan lebih lanjutnya akan kami uraikan dalam pembahasan berikut ini!

  • Dokumen primer
    Yaitu dokumen yang ditulis langsung pelaku kejadian atau seseorang yang mengalami suatu peristiwa secara langsung, contohnya yaitu buku autobiografi.
  • Dokumen sekunder
    Yaitu dokumen yang ditulis berdasarkan laporan, peristiwa, atau cerita orang lain, contohnya yaitu buku biografi.

Contoh Pengumpulan Data

Contoh pengumpulan data
kemenkumham.go.id

Setelah Anda mengetahui jenis-jenis data dan teknik pengumpulan data, kami juga akan memberikan contoh data penelitian kepada Anda. Berikut beberapa contoh data dalam penelitian yang perlu Anda tahu.

Rekaman hasil wawancara

Biasanya peneliti akan menggunakan bantuan alat perekam ketika mereka melakukan wawancara. Biasanya peneliti hanya mencatat poin-poin pentingnya saja, tetapi secara keseluruhan informasi wawancara disimpan dalam rekaman.

Rekaman wawancara ini digunakan untuk membantu mengingatkan peneliti informasi apa saja sudah didapatkan selama wawancara tersebut. Ingatan manusia itu terbatas, jadi digunakan alat perekam ini untuk mengantisipasi kekeliruan data.

Lembaran hasil angket

Setelah angket disebarkan, maka akan didapatkan data yang berupa tanggapan responden yang sudah dituliskan dalam angket tersebut.

Tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh responden di dalam lembar angket itulah yang dinamakan dengan data penelitian.

Hasil catatan lapangan

Selama proses penelitian biasanya seorang peneliti akan memiliki catatan tersendiri. Catatan ini berisi informasi apa yang yang ia dapatkan selama proses observasi, wawancara, penyebaran angket, dan studi pustaka.

Melakukan pencatatan selama kegiatan penelitian bertujuan agar informasi penting yang didapatkan selama penelitian tidak ada yang terlupakan.

Kamis, 09 Maret 2023

Tugas : Materi konflik

 

Kejadian di asrama Kamasan pekan lalu memicu gelombang unjuk rasa menentang diskriminasi rasial, salah satunya di Jakarta, Kamis (22/08)

Simaklah artikel berikut  kemudian  jawablah pertanyaan di bawah ini: 

 Asrama Papua: Cek fakta kasus bendera merah putih dan makian rasialisme di Surabaya - BBC News Indonesia 

Pertanyaan: 

1. Menjelaskan peristiwa apakah dalam artikel tersebut?  

2.Bagaimana upaya preventif yang harus dilakukan oleh pemerintah agar kasus seperti di  atas tidak terjadi lagi? Jelaskan pendapat anda!

3. Jelaskan pendapat anda kasus dalam artikel termasuk konflik apa dan bagaimana upaya anda sebagai warga negara Indonesia seharusnya bersikap?

kerjakan di buku tulis anda !


 


Senin, 09 Januari 2023

MERAJUT HARMONI DALAM PERBEDAAN ( Memahami Multikulutralisme dan masyarakat multikultural)

  ( Memahami Multikulutralisme dan masyarakat multikultural)

sumber : https://image.slidesharecdn.com/multikulturalisme-170427034136/95/multikulturalisme-1-638.jpg?cb=1520097836

Sejarah multikulturalisme 

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Multikulturalisme atau kemajemukan budaya (berasal dari kata "multi" dan "kultural"; yang berarti "budaya yang majemuk")[1] adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan individu dengan individu lain atau perbedaan nilai-nilai yang dianut,[2] seperti perbedaan sistem, budaya, agama, kebiasaan, dan politik.

Definisi 

Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.[3]

  • “Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)[4]
  • Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).[5]
  • Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)[6]
  • Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)[7]
  • Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).[8]
  • Sejarah Multikulturalisme

    Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah 'monokultural' juga dapat digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.

    Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris (English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun 1999.[9] Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial di antara elit.[butuh rujukan] Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Prancis, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme.[10] Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dan Jerman, dan beberapa negara lainnya.

  • Jenis Multikulturalisme

    Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):

    1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
    2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
    3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
    4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
    5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.[11]



Multikultural di Indonesia 

sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtbqaKKGt7U4zy7IpL1RxAThma3Qyv4ys1fuWSNbM3A78cI2E3tO4yiuO-N_1EOvPdNBdzjGRnrb1aM-pykaVlDA73gUUatZlaeLTr1HEOeGBDQ69-IYSgm3aXGoaz1SdECf2Tcfp5_64/s1600/21.jpg

Sebagai sebuah negara dengan keanekaragaman dalam banyak hal, ditengarai Indonesia rawan terhadap konflik. Konflik adalah suatu hal yang amat niscaya dalam sebuah negara dengan berbagai perbedaan sedemikian itu. Sejatinya—jika saja kita menyadari—perbedaan yang memang sudah ada sejak lama di negara ini, bukanlah suatu hal yang harus dipertentangkan. Justru semua itu merupakan aset bangsa yang mesti disyukuri sebagai sebuah rahmat.

Bangsa Indonesia sudah ribuah tahun terbiasa hidup dalam perbedaan. Masalah SARA telah menjadi menu harian kehidupan masyarakat yang majemuk. Namun toh demikian, hingga sekarang bangsa ini masih tetap utuh berdiri tegak dalam bingkai NKRI. Hal ini menandakan bahwa rakyat Indonesia telah memiliki kesadaran cukup tinggi akan semangat multikulturalisme.

Multikulturalisme berasal dari dua kata, yaitu multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi dapat berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua bagian manusia terhadap kehidupannya yang kemudian melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.

Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang juga ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern.Bangsa Indonesia melalui para founding fathers, dengan amat briliant dan dengan kearifantelah lama mencermati dan mengantisipasi adanya berbagai perbedaan tersebut. Mereka telah merumuskan konsep multikulturalsime dalam bingkai nan amat elok melalui semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Sebuah konsep yangme-ngandung makna yang luar biasa, baik makna secara eksplisit maupun implisit.

Secara eksplisit, semboyan tersebut merujuk pada keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa ini, sebagai sebuah bangsa yang multikultural akan tetapi bersatu dalam satu kesatuan yang kokoh.

Secara implisit “Bhineka Tunggal Ika” mampu memberikan dorongan moral dan spiritual kepada bangsa Indonesia untuk senantiasa bersatu padu  melawan segala bentukketidakadilan dan rongrongan dari pihak luar yang mencoba mengobok-obok bangsa ini.

Pancasila Sebagai Perekat

Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pancasila adalah sebuah kenyataan sejarah yang tak dapat dipungkiri telah berkontribusi amat besar terhadap keberlangsungan bangsa hingga saat ini. Melalui Pancasila—bangsa Indonesia—dengan sila-sila yang terkandung di dalamnya mampu menampilkan sistesis harmonis antara berbagai keragaman yang ada di negeri ini; pluralitas agama, multikultural, kemajemukan etnis, serta ideologi sosial politik.

Pancasila—sebagai sebuah ideologi—oleh karenanya sangat diharapkan mampu menjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang akan menjembatani perbedaan yang ada. Mampu mengakomodasikan seluruh kepentingan kelompok sosial yang multi etnis dan agama. Termasuk membuka diri dalam memberikan ruang berkembangnya ideologi sosial politik yang pluralistik.

Tatkala Indonesia mengalami transisi menuju demokrasi tahun 1998-1999, negara memberi ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengekspresikan identitas ideologis sosial politik yang diinginkan menurut kepentingan masing-masing. Segenap warga bangsa menyambut hal ini dengan penuh semangat dan suka cita, dikarenakan memperoleh kebebasan yang selama ini didambakan.

Dilain pihak muncul kekawatiran sementara pihak hal tersebut akan memunculkan ketegangan dan gesekan antar golongan. Bahkan sementara pengamat Barat meramalkan bahwa bangsa Indonesia berpotensi untuk mengalami “Balkanisasi”.

Kenyataannya hingga saat ini bangsa Indonesia masih kokoh bertahan dengan identitas kebangsaannya sebagai bangsa yang majemuk dengan beragam perbedaan, dan tetap berdiri tegak sebagai negara kesatuan yang berdaulat. Hal ini menunjukkan bahwa multikulturalisme telah lama berakar dan mendarah daging di benak warga bangsa Indonesia.

Landasan Multikulturalisme

Memperhatikan kondisi bangsa Indonesia terkini dan untuk mengatisipasi terjadinya disintegrasi bangsa, tampaknya pemerkuatan multikulturalisme merupakan hal yang mendesak. Pemerkuatan multikulturalisme agar berjalan efektif dan berdaya guna, kiranya perlu berlandaskan pada lima pilar berikut;

Pertama, berpegang pada kebenaran dan berusahamemperjuangkannya. Pengungkapkan kebenaran mesti dalam rangka kebaikan bersama tanpamengorbankan pihak lain. Kebenaran yang dipraktekkan dengan cara demikian akan dapat mengatasi sekat-sekat perbedaan  paham, aspirasi, ras, suku, ideologi bahkan keyakinan agama.

Kedua,melakukantugas dan kewajiban dengan orientasi demi kepentingan dan kebaikan masyarakat, bukan pribadi dan golongan. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya rasa cinta dan sikap patriot terhadap tanah air, bangsa dan negara.

Ketiga,menyebarkan rasa damai setiap saat yang bersumber dari ke-sadaran dan ketulusan. Memiliki visi yang memancarkan kesucian jiwa yangmenghasilkan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua. Tiada lagi pe-rasaan iri hati dan dengki, serta bisa memperlakukan semua anak bangsa secara adil tanpa dibayangi ikatan primordialisme.

Keempat,memupuk cinta kasih murni tanpa ego. Berjiwa besar, mengakui persaudaraan antar manusia, memperlakukan semua orang sebagai saudara dan mencintai sesama sebagaimana mencintai diri sendiri.

Kelima, cinta damai dan anti kekerasan. Kekerasan hanya akan me-ngundang munculnya kekerasan baru. Dengan anti kekerasan setiap orang atau kelompok sebagai komponen bangsa ini akan dapat menata diri seca-ra inklusif, mengedepankan penerimaan tanpa diskriminasi, serta menghindari persaingan yang  memicu konfik kepentingan.

Penutup

Perbedaan akan selalu muncul sebagai akibat adanya pluralitas budaya, etnis, sistem nilai dan agama. Perbedaan mesti disikapi dengan dialog demi menemukan titik temu dan konsensus bukan dengan kekerasan atau penghancuran satu dengan lainnya. Dalam konteks ini multikulturalisme relevan untuk diterapkan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Salam!

sumber :  Kompasiana.com




STRATEGI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DAN KEARIFAN LOKAL ( Komunitas dan Masyarakat )

STRATEGI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DAN KEARIFAN LOKAL 

  • Pengertian Komunitas 
    Perhatikan   gambar  komunitas tersebut di bawah !   

   sumber : https://www.travelclub.co.id/wp-content/uploads/2020/07/utama6-2048x1365.jpg
https://miro.medium.com/max/6016/0*WV3z9g0lySozW7HU.jpg

   sumber : http://www.rarebird.org/wp-content/uploads/2020/06/preview-12.jpg

   sumber : https://cdn.antaranews.com/cache/730x487/2019/10/15/WhatsApp-Image-2019-10-14-at-  03.41.01.jpeg

 1. apa yang dimaksud komunitas menurut anda berdasarkan penagmatan anda terhadap gambar di       atas?
2. Apa yang mendorong terjadinya komunitas tersebut menurut anda?
3. Menurut anda apakah yang paling menguatkan  solidaritas diantara mereka? 
4. Apa perbedaan komunitas dan masyarakat?  



sumber : https://www.youtube.com/watch?v=xtIwjH63yE0


sumber : https://www.youtube.com/watch?v=kWPL9XWgfRI



sumber : https://www.youtube.com/watch?v=oBLors-cozY





Senin, 02 Januari 2023

Lembaga Sosial

 



Assalamualaikum anak-anak bagiamana kabarnya semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan sebelum masuk pembelajaran saya ucapkan selamat tahun baru 2023 semoga kalian diberikan kemudahan dalam hidup dan meraih cita. Baiklah anak-anak kalian baca dengan seksama pertanyaan di bawah ini kemudian jawablah di buku kalian kemudian kirim di link berikut :